Kamis, 09 Januari 2014

MEMBANGUN KEHIDUPAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DUNIA DENGAN KARAKTER



A. PENDAHULUAN
 Pada masa dulu, pendidikan bukanlah hal yang sangat penting, tapi sekarang manusia telah menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting begitu juga dengan filsafat pendidikan matematika. Filsafat merupakan suatu disiplin ilmu terhadap objek yang ada dan yang mungkin ada. Pendidikan dan filsafat tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Filsafat bagi pendididkan berperan sebagai pedoman yang memberikan arahan dan tujuan pendidikan. Sedangkan pendidikan bagi filsafat merupakan suatu ruang yang selalu memberinya tempat untuk hidup dan terus berkembang melalui kegiatan-kegiatan teroritis maupun praktis dalam pendidikan.
Dalam filsafat pendidikan matematika yang perlu dilakukan yaitu dengan memahami ideologi dari pendidikan. Selanjutnya memahami hakikat dari matematika itu sendiri dan juga pendidikan matematika. Dalam kebutuhan kehidupan manusia pemahaman pendidikan matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan pola pikir manusia yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan. Pada dasarnya hakikat dari pola pikir matematis akan menghasilkan pola pikir yang dapat berkembang menuju ke arah yang lebih baik dan juga diperhatikan dalam keadaan sosial agar terdapat kesesuaian tentang pola pikir yang diperlakukan.
Kehidupan dunia tidak hanya dalam bidang pendidikan, namun terdapat dimensi struktur dunia. Dalam Marsigit (2013:3) dijelaskan bahwa dimensi struktur dunia dapat menentukan karakter setiap penghuninya dengan takdir dan ikhtiar. Hal tersebut dapat memberikan karakter setiap manusia baik tertutup maupun terbuka. Interaksi keadaan karakter manusia yang tertutup dan terbuka itulah yang memungkinkan manusia untuk menggapai dimensi yang lebih tinggi, atau malah terperosok ke sebaliknya ke dimensi yang lebih rendah. Dimensi struktur dunia tersebut diantaranya agama, filsafat, ilmu, fisik hidup dan fisik non hidup.

B. PEMBAHASAN 
     Kehidupan Pendidikan Matematika Dunia 
Pendidikan matematika di Indonesia berkembang sejalan dengan perkembangan pendidikan matematika dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas, selain dipengaruhi karena adanya tuntutan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat dipengaruhi oleh perubahan hakekat matematika dan pembelajarannya.
Tidak hanya matematika, apapun yang ada di dunia jika kita memikirkannya pasti akan dapat mengubah manusia, apalagi jika hal tersebut merupakan suatu ilmu. Matematika dapat mengubah pemikiran seseorang, dari kurang logis atau kurang sistematis menjadi logis atau lebih sistematis dalam menarik suatu kesimpulan. Matematika juga dapat merubah kehidupan saya dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Selain itu matematika juga dapat mengubah spiritual, bahwa ibadah adalah sesuatu perbuatan yang harus kita jalankan sampai tak terhingga. Tak terhingga berkaitan dengan matematika yang dalam artian sampai akhir kehidupan seseorang.
Pada pengajaran matematika tradisional di Indonesia, terdapat berbagai kelemahan dalam materi yang disampaikan dan dalam proses kegiatan belajar mengajarnya. Perubahan perkembangan pengajaran matematika terjadi dalam pengajaran matematika di luar negeri. Hal ini terjadi karena dalam pengajaran sebelumnya banyak siswa yang tidak mampu mempertahankan kemampuannya dalam belajar matematika sehingga dilakukan suatu proyek perbaikan pendidikan terutama dalam pengajaran matematika dengan dibentuknya sebuah gerakan matematika modern. Perbaikan pendidikan ini memberikan pengaruh besar bagi pengajaran matematika di seluruh dunia.
      Karakter
Istilah karakter sering dihubungkan dengan istilah etika, akhlak, atau nilai yang berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi positif. Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh dalam Didik (2010:12), karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Selain itu karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik  yang telah dibawa sejak lahir oleh manusia dan ditunjukan melalui serangkaian sikap dan tingkah laku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan.
Menurut T. Ramli dalam Didik (2010:13), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik.
Karakter merupakan suatu faktor dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak serta mempengaruhi pemikiran manusia juga.  Seseorang ada yang dikatakan mempunyai karakter yang baik atau buruk dan menurut saya karakter manusia itu pasti bisa berubah. Seseorang yang menurut pandangan orang lain bahwa dimasa kecilnya mempunyai karakter yang buruk, ketika dewasa kemungkinan akan berubah menjadi baik atau mungkin lebih buruk, begitu juga sebaliknya. Dan hal itu bisa saja dipengaruhi oleh banyak hal, dan yang mungkin paling mendasari perubahan tersebut adalah proses pembelajaran yang didalamnya ada sejumlah pengalaman, hukuman yang pernah diterima, pujian, pendidikan dan lain-lain. Manusia akan selalu dan selalu berpikir dalam hidupnya, tidak ada satu manusia pun yang tidak berpikir, hanya mnusia yang koma atau mati yang berhenti berpikir. Proses berpikir inilah yang sesungguhnya merupakan proses dari belajar manusia.
      Membangun Kehidupan Pendidikan Matematika Dunia dengan Karakter
Fungsi agama kemudian adalah memedomani agar umatnya mampu beribadat sebaik-baiknya sekaligus sebagai sumber moral (karakter), petunjuk kebenaran, bimbingan rokhani dan telaah metafisika religi. Filsafat pendidikan matematika mempunyai peranan penting dalam pembelajaran matematika di sekolah. Melalui filsafat guru dituntut untuk menjadi seorang guru yang professional yang mempunyai tugas untuk mendidik, tidak hanya mengajar namun membentuk karakter siswa untuk menjadi siswa yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Melalui filsafat, guru dapat mempelajari pola tingkah laku siswa dan memahami dampaknya terhadap pola pikir siswa. Dalam pendidikan guru hanya bertindak sebagai fasilitator, karena sesuai dengan kurikulum bahwa mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa namun membimbing siswa dengan memberikan suatu kegiatan yang dapat membangun pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dalam suatu proses pembelajaran akan terbentuk karakter siswa dengan adanya bimbingan dari guru memlaui kegiatan pembentukan pengetahuan sendiri atau secara konstruktivisme oleh siswa. Pembentukan karakter tersebut akan mempengaruhi pola piker siswa dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan mempengaruhi bagaimana kelangsungan atau kehidupan pendidikan matematika di dunia melalui karakter yang terbentuk tersebut.

C. KESIMPULAN
 Kehidupan dunia tidak hanya dalam bidang pendidikan, namun terdapat dimensi struktur dunia. Dimensi struktur dunia dapat menentukan karakter setiap penghuninya dengan takdir dan ikhtiar. Dalam perkembangan dunia pendidikan diketahui bahwa belajar terjadi melalui proses bertingkah laku dan berpikir. Hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang terjadi memiliki fungsi. Perubahan dan perkembangan pendidikan di negara maju banyak diikuti oleh negara lain, tidak hanya dalam segi kurikulum yang digunakan namun juga pada materi yang disampaikan dan metode yang digunakan dalam mengajar.
Bentuk pelaksanaan dalam pengajaran matematika modern berbeda di setiap negara, karena disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat. Tetapi secara umum pengajaran matematika memiliki tujuan yang sama. Tidak hanya dalam pendidikan matematika namun dalam setiap pendidikan proses pembelajaran akan membantu dalam membentuk karakter siswa melalui kegiatan konstruktivisme yang dilakukan. Hal ini berguna untuk menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

REFERENSI
 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta. Kemendiknas
Marsigit. 2013. Urgensi Filsafat dalam Pendidikan Islam untuk Membentuk Karakter. Medan: Seminar Lokakarya Kurikulum Fakultas Agama Islam dan Filsafat UNPAB.
http://astitirahayui.wordpress.com/2012/01/11/perkembangan-pengajaran-matematika/

IMPLEMENTASI FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DAN KURIKULUM 2013



IMPLEMENTASI FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DAN KURIKULUM 2013 

A. PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan matematika di dunia tidak terlepas dari teori pendidikan yang melatar belakanginya. Setiap pendidikan memiliki kurikulum yang dilandasi oleh pandangan filosofis tertentu. Filsafat merupakan sumber dan awal bagi tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai negara di dunia. Paul Ernest menyatakan dalam peta pendidikan yang dibuatnya terdapat lima ideologi yang menjadi karakter suatu bangsa. Lima ideologi pendidikan matematika yaitu industrial trainer, technological pragmatism, old humanist, progressive educator, dan public educator.
Peta pendidikan menurut Paul Ernest tersebut terbagi dalam empat bagian yang masing-masing menjelaskan tentang aspek yang membedakan setiap ideologi dalam pendidikan matematika, sebagai berikut:

  1. Peta pendidikan dunia 1 menjelaskan tentang ideology politik, pandangan setiap kaum terhadap matematika, dan nilai moral bagi setiap kaum.
  2. Peta pendidikan dunia 2 menjelaskan tentang teori social, hakikat siswa, dan teori kemampuan siswa menurut tiap kaum.
  3. Peta pendidikan dunia 3 menjelaskan tentang tujuan pendidikan matematika, teori belajar, dan teori mengajar.
  4. Peta pendidikan dunia 4 menjelaskan tentang sumber pembelajaran, evaluasi, dan keragaman pada tiap kaum.
B. PEMBAHASAN
1.      Industrial trainer
Menurut pandangan kaum industrialis, semua hal yang dilakukan dikerahkan untuk kepentingan industri termasuk pendidikan. Pendidikan diarahkan pada hal-hal untuk menjadikan anak didik sebagai tenaga kerja. Dilihat dari sisi kemanusiaan, pandangan kaum industrialis mereduksi banyak kebutuhan anak didik. Industrial trainer dimaksudkan untuk pelatihan kepada siswa melalui pembelajaran matematika yang merupakan bagian dari persiapan untuk kehidupan siswa dalam menghadapi dunia kerja. Matematika pada industrial trainer ini dipandang sebagai body of knowledge. Matematika sebagai ratunya ilmu dimaksudkan matematika adalah sebagai sumber dari ilmu yang lain. Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari matematika. Matematika adalah tunggal. Kebenaran dan kesalahan di dalam metematika bersifat absolut.
Pada kurikulum 2013 pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi siswa yang berjiwa kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk membekali siswa memasuki dunia kerja. Sehingga pada industrial trainer teori sosial yang menginginkan siswa untuk menjadi pemimpin yang keras relevan dengan prinsip kurikulum 2013. Teori hakekat siswa pada industrial trainer adalah siswa merupakan bejana kosong. Dalam kurikulum 2013 dijelaskan bahwa siswa memiliki pengetahuan dasar yang diharapkan dapat menjadi landasan untuk menggali pengetahuan selanjutnya. Siswa dituntut aktif mencari dan membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Teori kemampuan siswa pada industrial trainer sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu pada bahwa pada proses pembelajaran guru dapat membentuk siswa dengan kemampuan mereka. Kemampuan yang diharapkan adalah kemampuan pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan, diharapkan siswa dapat menggunakan kemampuan/ bekal-bekal tersebut untuk menjawab tantangan masa depan.
Tujuan pendidikan matematika kaum ini adalah back to basic, dimana siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dasar dalam pendidikan. Teori belajar yang digunakan adalah kerja keras, tugas, drill, hafalan, sedangkan teori mengajar yang digunakan adalah transfer of knowledge. Hal ini mengandung maksud bahwa dalam pembelajaran matematika guru memindahkan pengetahuan ke siswa, sehingga siswa dan guru memiliki pemahaman yang sama.
Sumber pembelajaran Industrial Trainer berasal dari guru. Dalam proses pembelajaran tidak ada tempat untuk masalah sosial dalam matematika, semuanya hanya tentang konsep dasar menghitung dan bilangan. Pembelajaran semacam ini dilaksanakan di Indonesia pada kurikulum 1994. Penilaian dalam Industrial Trainer bersifat otoriter, lapisan masyarakat atas bertanggungjawab untuk mengecek dan mengontrol level dibawahnya. Keragaman sosial tidak menjadi masalah dalam matematika, kecuali siswa membutuhkan pengelompokkan dalam kemampuan matematika.
2.      Technological pragmatism
Merupakan sikap dan perilaku politik yang tidak menginginkan adanya perubahan yang berarti (mendasar) dalam sebuah sistem. Sikap ini biasanya dianut oleh mereka yang tengah menikmati posisi istimewa atau kekuasaan dalam sebuah struktur atau paling tidak merasa sangat diuntungkan oleh sistem yang ada. Kaum konservatif cenderung mempertahankan dan melestarikan sistem yang sudah ada. Kalaupun mereka melakukan perubahan karena desakan dan dorongan oleh pihak luar, kaum konservatif hanya ingin perubahan itu tidak menggeser atau menghilangkan posisi mereka dalam kekuasaan. Perubahan hanya mungkin terjadi bila situasi sudah sangat krisis dan mendesak yang memaksa mereka harus turun dari posisi kekuasaan.
Matematika dipandang sebagai Science of truth. Dimana ukuran kebenaran ilmu adalah rasionalisme dan empirisme sehingga kebenaran ilmu bersifat empiris dan rasional. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran matematika mengarahkan siswa untuk membuktikan sesuatu hal berdasarkan pengalaman langsung.
Teori sosial masyarakat technological pragmatism menganggap bahwa yang berprestasilah yang dapat duduk sebagai pemimpin. Hal ini tidak sesuai dengan kurikulum 2013 yang fokus terhadap tiga aspek pengembangan yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan karena, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang cerdas di bidang akademik dan berkarakter serta terampil. Sama halnya pada kaum industrial trainer bahwa hakekat siswa pada technological pragmatist merupakan bejana kosong dan tidak sesuai dengan prinsip kurikulum 2013.
Dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk tetap melakukan proses guna memunculkan dan memaksimalkan talenta (bakat) yang mereka miliki untuk mendapatkan ijazah guna mempersiapkan mereka untuk tantangan kerja di masa depan. Dengan memiliki ijazah seseorang dapat menggunakannya untuk mencari pekerjaan yang bermanfaat bagi dirinya. Teori belajar yang digunakan dalam oleh kaum ini adalah thinking dan practice. Teori mengajar dilakukan dengan memotivasi dari luar.
Belajar dalam ideologi ini adalah proses berpikir dan praktek sehingga siswa membutuhkan alat peraga dalam proses pembelajaran. Guru sudah mulai menggunakan teknologi sebagai alat bantu, dalam hal ini mengkombinasikan antara manual dengan bantuan komputasi seperti kalkulator. Menurut pandangan technological pragmatist, kemampuan instruksi dan motivasi dapat dibangun melalui relevansi pekerjaan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes eksternal, tes ini dimaksudkan untuk menyediakan sertifikat pencapaian dan keterampilan yang didapat. Dan keragaman sosial dan pendidikan dalam technological pragmatist lebih menekankan pada manfaat untuk pekerjaan di masa depan, atau pendidikan lebih lanjut di masa depan.
3.      Old humanist
Kaum old humanist, memiliki pandangan yang berpusat pada diri manusia, bukan pada Tuhan. Matematika dipandang sebagai Structure of truth (struktur kebenaran). Nilai moral diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Hal ini memandang orang tua memiliki peran dalam menentukan moral anaknya.
Teori sosial old humanist yang menyatakan bahwa masyarakat harus melestarikan budaya telah sesuai dengan landasan yuridis kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa kualifikasi pengetahuan yang dimiliki siswa adalah memiliki pengetahuan faktual dan konseptual tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Kaum ini menyatakan bahwa hakekat siswa dalam pembelajaran harus ditanamkan nilai-nilai karakter. Menurut pandangan ini, bakat dan matematika genius yang diwariskan, dan kemampuan matematika dapat diidentifikasi dengan kecerdasan murni. Pendidikan diberikan agar siswa mengetahui bakat mereka sendiri dan mampu mengembangkannya.
Tujuan pendidikan matematika adalah transfer of knowledge. Hal ini berarti pada pembelajaran matematika guru memindahkan pengetahuan ke siswa, sehingga siswa dan guru memiliki pemahaman yang sama. Teori belajar yang digunakan oleh kaum ini adalah understanding and application atau memahami dan menerapkan. Teori mengajar adalah ekspositori/ceramah.
Guru dapat menggunakan sumber belajar lainnya untuk memotivasi atau memfasilitasi pemahaman siswa. Peran guru dalam perspektif ini adalah mengkomunikasikan matematika yang bermakna. Penilaian dalam kaum Old Humanist ini menggunakan test eksternal yang didasarkan pada susunan terstruktur pada materi pelajaran matematika dan pada jumlah atau tingkat yang sesuai dengan kemampuan matematika. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam penyampaian bahan ajar, agar peserta didik lebih mengerti dalam aplikasinya. Untuk keragaman sosial, matematika bertujuan untuk memanusiakan manusia untuk tujuan pendidikan.
4.      Progressive educator
Kaum progressive educator memiliki sikap politik bebas dan ingin maju terus, selalu menginginkan perubahan progresif dan cepat. Matematika dipandang sebagai process of thinking (proses berpikir). Matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio atau penalaran yang terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.
Teori progressivism sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran pragmatism pendidikan. Teori ini memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif. Kaum progressive educator yang menganut paham liberal, bebas tanpa adanya batasan dari pemerintah. Hakekat siswa di progressive educator ini adalah berorientasi pada siswa (students centered). Pada kaum ini, siswa merupakan subjek yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada kaum ini diperlukan adanya kerjasama antara guru dan siswa serta siswa dan siswa. Teori kemampuan siswa di progressive educator adalah hal yang dibutuhkan. Maksudnya adalah siswa belajar dan tumbuh melalui pengalaman secara fisik dan dunia sosial.
Tujuan pendidikan matematika menuntut kreativitas siswa dan dalam pembelajaran melibatkan keatifan siswa. Teori pembelajarannya adalah eksplorasi. Teori pengajarannya adalah konstruktivis atau membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri. Berdasarkan pada kebutuhan siswa, pola pendidikan ini menggunakan alat atau fasilitas yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi dirinya dan membangun pengetahuannya sendiri.
Penilaian dilakukan dengan porto-folio dimana tidak hanya melihat dari kemampuan praktis siswa tetapi juga menilai dari proses mendapatkannya. Guru menerima banyak solusi yang diutarakan oleh siswa, karena pembelajarannya berbasis pada penemuan. Sehingga pembelajaran matematika dapat dihubungkan dengan budaya lokal atau kehidupan sehari-hari, agar matematika lebih mudah dipahami oleh siswa.
5.      Public educator
Menurut public educator pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Pada hakikatnya masyarakat adalah terbaik, namun masyarakat yang demokratis merupakan masyarakat terbaik dimana terdapat kesempatan untuk setiap pekerjaan dan dalam demokrasi tidak mengenal adanya stratifikasi sosial.
Matematika dipandang sebagai aktivitas sosial, artinya semua aktivitas sosial didasarkan pada konsep-konsep matematika, sedangkan pada kenyataannya aktivitas sosial yang dilakukan oleh seseorang tidak selalu dihubungkan dengan konsep matematika, karena terkadang seseorang tidak menyadari bahwa matematika telah mengambil bagian dalam setiap aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dalam nilai moralnya seseorang bebas melakukan segala sesuatu yang diinginkannya tanpa memandang baik atau buruknya.
Teori sosial dari public educator menyatakan bahwa perlu suatu reformasi atau pembaharuan untuk suatu ketidakadilan. Bagi public educator, semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Bila dikaitkan dengan peta pendidikan dunia Paul Ernest mengenai teori sosial dari public educator, maka telah sesuai antara landasan yuridis dengan peta pendidikan dunia yang dikemukakan. Hakekat siswa menurut public educator adalah siswa bukan merupakan kertas kosong putih bersih yang siap menerima coretan-coretan dari gurunya. Sedangkan teori kemampuan siswa menurut kelompok sosial public educator adalah berdasarkan aspek budaya dan relatif pada diri siswa. Karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan perbedaan individu tersebut dan berperan sebagai fasilitator, menyediakan sesuatu yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Tujuan pendidikan matematika adalah mengembangkan kemampuan manusia secara meneyeluruh melalui pembelajaran matematika. Pendidikan didapat saat anak terlibat aktif dan menyatu dengan semua kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungannya. Orang tua tidak mengisolasi anak-anaknya di dalam sekolah. Maksud dari public educator ini adalah masyarakat turut berperan sebagai mentor dan guru bagi si anak. Teori pembelajarannya adalah diskusi sehingga siswa diberi kebebasan sesuai dengan kemampuannya. Teori pengajarannya adalah diskusi dan investigasi.
Sumber matematika pada ideologi ini bersifat abstrak dan diajarkan melalui hal-hal yang sifatnya kongkrit, yang menjadi masalah di masyarakat, melalui proses diskusi dan invertigasi siswa berusaha untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan berdasarkan konteks dunia nyata yang diberikan. Penilaian yang dilakukan menggunakan berbagai metode atau portofolio dengan menggunakan konteks sosial. Dengan ini, guru dapat mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah. Melalui pola pendidikan ini siswa menjadi heterogen, karena dikenalkan dengan berbagai isu-isu atau masalah atau gejala sosial yang nampak dimasyarakat dengan berbagai variasinya. Dengan demikian, siswa mengakomodir berbagai variasi tersebut dan mengembangkan berbagai kemampuan yang ada pada dirinya, atau heterogen.

Di Indonesia sendiri tujuan pendidikan lebih diarahkan ke industrialism. Kelembagaan dan praktek pendidikan Indonesia masih berupa pola-pola melanjutkan pendidikan penjajahan dan budaya kolonial dari masa lampau yang merupakan pencerminan lembaga pendidikan negara-negara yang sudah maju, sehingga dalam praktek sehari-hari, hasil pendidikan kurang mencerminkan aspirasi bangsa sendiri. Sulitnya mengubah mental pemimpin Indonesia dari kebiasaan ketergantungan, sehingga mereka cenderung berorientasi pada saran dan sugesti para ilmuwan negara-negara barat dan mengunggulkan model pendidikan negara-negara barat yang belum tentu cocok dengan kebutuhan pendidikan Indonesia.
Kemajuan masyarakat industri Eropa adalah hasil dari akumulasi empat hal, sebagai hubungan komplementer dari kapitalisme, industrialisme, pengawasan, dan kekuatan militer. Dalam pendidikan di Indonesia terlihat pada praktek pendidikan yang bersifat otoriter yang berpusat pada guru, sekolah hanya memberikan program pendidikan sesuai dengan kurikulum tanpa memahami kebutuhan siswa. Di samping itu, keinginan untuk mengejar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti di negara-negara kaya dan maju, banyak mendominasi para penentu kebijakan pendidikan. Mereka tidak berpijak pada realitas bangsa sendiri, sehingga yang terjadi adalah terabaikannya peranan pendidikan informal sebagai tempat berkembangnya intuisi. Pendidikan dan politik memiliki kaitan yang sangat erat. Keduanya diarahkan pada tujuan hidup manusia dan masyarakat, menginginkan kehidupan yang berbahagia, diarahkan untuk membentuk kehidupan bersama. Indonesia yang tengah berkembang merupakan pencerminan dari kekuatan sosial politik kaum elit yang berkuasa dan refleksi kekuatan penguasa pada ide-ide politiknya.
Pendidikan Indonesia hendaknya berkembang dari budaya lokal, nasional, universal, dan global. Dimana pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia, sehingga perlu landasan pemikiran dalam pendidikan, dimana peranan utama pendidikan adalah membelajarkan anak agar mengalami growth in learning dan becoming process. Dengan belajar, anak tumbuh dan berkembang secara utuh. Karena itu, sekolah tidak mengajar anak, melainkan melaksanakan proses pembelajaran. Paham konstruktivisme menyatakan bahwa pengetahuan dikonstruksi sendiri oleh siswa berdasarkan interaksinya dengan lingkungan dimana siswa sendiri yang membangun pengetahuannya, sedangkan guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang dinamis.

C. KESIMPULAN
 Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Dalam pembelajaran matematika kegiatan yang dilakukan agar pembelajaran bermakna yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Jadi yang diperlukan dalam pembelajaran adalah mengubah paradigma guru untuk mengadopsi model pembelajaran menuju kearah penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi dengan pendekatan ilmiah.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa dalam pendidikan, tidak hanya di Indonesia namun termasuk di seluruh dunia, lima ideologi pendidikan matematika menurut Paul Ernest masih terdapat dalam kurikulum pendidikan. Setiap pendidikan memiliki kurikulum yang dilandasi oleh pandangan filosofis tertentu. Filsafat merupakan sumber dan awal bagi tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai negara di dunia. Sehingga dapat dikatakan bahwa wujud kurikulum di sebuah negara adalah berdasarkan pada ideologi filosofis yang melandasinya.
 
REFERENSI

Ernest, Paul. 1991. The Philosophy of Mathematics Education. British: Taylor and Francis e-Library.

Ernest, P. 1999. Restoring Discipline to The Class: The New National Curriculum for Primary Mathematics Teacher Education dalam The Philosophy of Mathematics Education Journal. Tersedia di people.exeter.ac.uk/PErnest/pome11/pome11.doc. Diakses pada tanggal 17 November 2013

http://filsafatrani.blogspot.com/2011/06/menerapkan-filsafat-pada-pendididkan.html

Kemendikbud. (2013). Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud. (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Marsigit. (2013). Peta 1-4 Pendidikan Dunia- Dibuat oleh Marsigit dari Paul Ernest. Diakses dari: (http://powermathematics.blogspot.com/2012/11/peta-3-pendidikan-dunia-dibuat-oleh.html)