IMPLEMENTASI FILSAFAT DALAM PENDIDIKAN DAN KURIKULUM 2013
A. PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan matematika di dunia tidak terlepas dari
teori pendidikan yang melatar belakanginya. Setiap pendidikan memiliki
kurikulum yang dilandasi oleh pandangan filosofis tertentu. Filsafat
merupakan sumber dan awal bagi tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi di berbagai negara di dunia. Paul Ernest menyatakan dalam peta pendidikan yang dibuatnya
terdapat lima ideologi yang menjadi karakter suatu bangsa. Lima ideologi pendidikan
matematika yaitu industrial trainer, technological
pragmatism, old humanist, progressive educator, dan public educator.
Peta pendidikan menurut Paul Ernest tersebut terbagi dalam
empat bagian yang masing-masing menjelaskan tentang aspek yang membedakan
setiap ideologi dalam pendidikan matematika, sebagai berikut:
- Peta pendidikan dunia 1 menjelaskan
tentang ideology politik, pandangan setiap kaum terhadap matematika, dan nilai
moral bagi setiap kaum.
- Peta pendidikan dunia 2 menjelaskan
tentang teori social, hakikat siswa, dan teori kemampuan siswa menurut tiap
kaum.
- Peta pendidikan dunia 3 menjelaskan
tentang tujuan pendidikan matematika, teori belajar, dan teori mengajar.
- Peta pendidikan dunia 4 menjelaskan
tentang sumber pembelajaran, evaluasi, dan keragaman pada tiap kaum.
B. PEMBAHASAN
1.
Industrial
trainer
Menurut pandangan kaum industrialis, semua hal yang
dilakukan dikerahkan untuk kepentingan industri termasuk pendidikan. Pendidikan
diarahkan pada hal-hal untuk menjadikan anak didik sebagai tenaga kerja. Dilihat
dari sisi kemanusiaan, pandangan kaum industrialis mereduksi banyak kebutuhan
anak didik. Industrial
trainer dimaksudkan untuk pelatihan kepada siswa melalui pembelajaran
matematika yang merupakan bagian dari persiapan
untuk kehidupan siswa dalam menghadapi dunia kerja. Matematika
pada industrial trainer ini dipandang
sebagai body of knowledge. Matematika
sebagai ratunya ilmu dimaksudkan matematika adalah sebagai sumber dari ilmu
yang lain. Banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangannya bergantung dari
matematika. Matematika adalah tunggal. Kebenaran dan kesalahan di dalam
metematika bersifat absolut.
Pada kurikulum 2013 pembelajaran
harus dapat mendukung tumbuh kembangnya pribadi siswa yang berjiwa
kewirausahaan dan mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu, kurikulum perlu
memuat kecakapan hidup untuk membekali siswa memasuki dunia kerja. Sehingga pada
industrial trainer teori sosial yang
menginginkan siswa untuk menjadi pemimpin yang keras relevan dengan prinsip
kurikulum 2013. Teori hakekat siswa pada industrial
trainer adalah siswa merupakan bejana kosong. Dalam kurikulum 2013
dijelaskan bahwa siswa memiliki pengetahuan dasar yang diharapkan dapat menjadi
landasan untuk menggali pengetahuan selanjutnya. Siswa dituntut aktif mencari
dan membangun pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Teori kemampuan siswa
pada industrial trainer sesuai dengan
kurikulum 2013 yaitu pada bahwa pada proses pembelajaran guru dapat membentuk siswa
dengan kemampuan mereka. Kemampuan yang diharapkan adalah kemampuan pada aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan, diharapkan siswa dapat menggunakan
kemampuan/ bekal-bekal tersebut untuk menjawab tantangan masa depan.
Tujuan pendidikan matematika kaum ini adalah back
to basic, dimana siswa dituntut
untuk memiliki kemampuan dasar dalam pendidikan. Teori belajar yang digunakan adalah kerja keras, tugas, drill, hafalan,
sedangkan teori mengajar yang digunakan adalah transfer
of knowledge. Hal ini mengandung maksud bahwa dalam pembelajaran matematika guru memindahkan pengetahuan ke
siswa, sehingga siswa dan guru memiliki pemahaman yang sama.
Sumber
pembelajaran Industrial Trainer
berasal dari guru. Dalam proses pembelajaran tidak ada tempat untuk masalah
sosial dalam matematika, semuanya hanya tentang konsep dasar menghitung dan
bilangan. Pembelajaran semacam ini dilaksanakan di Indonesia pada kurikulum
1994. Penilaian dalam Industrial Trainer
bersifat otoriter, lapisan masyarakat atas bertanggungjawab untuk mengecek dan
mengontrol level dibawahnya. Keragaman sosial tidak menjadi masalah dalam
matematika, kecuali siswa membutuhkan pengelompokkan dalam kemampuan matematika.
2.
Technological
pragmatism
Merupakan sikap
dan perilaku politik yang tidak menginginkan adanya perubahan yang berarti
(mendasar) dalam sebuah sistem. Sikap ini biasanya dianut oleh mereka yang tengah
menikmati posisi istimewa atau kekuasaan dalam sebuah struktur atau paling
tidak merasa sangat diuntungkan oleh sistem yang ada. Kaum konservatif
cenderung mempertahankan dan melestarikan sistem yang sudah ada. Kalaupun
mereka melakukan perubahan karena desakan dan dorongan oleh pihak luar, kaum
konservatif hanya ingin perubahan itu tidak menggeser atau menghilangkan posisi
mereka dalam kekuasaan. Perubahan hanya mungkin terjadi bila situasi sudah
sangat krisis dan mendesak yang memaksa mereka harus turun dari posisi
kekuasaan.
Matematika
dipandang sebagai Science of truth.
Dimana ukuran kebenaran ilmu adalah rasionalisme dan empirisme sehingga
kebenaran ilmu bersifat empiris dan rasional. Dalam kurikulum 2013 proses
pembelajaran matematika mengarahkan siswa untuk membuktikan sesuatu hal
berdasarkan pengalaman langsung.
Teori sosial masyarakat technological
pragmatism menganggap bahwa yang berprestasilah yang dapat duduk sebagai
pemimpin. Hal ini tidak sesuai dengan kurikulum 2013 yang fokus terhadap tiga
aspek pengembangan yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan karena, pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang cerdas di bidang akademik dan berkarakter serta
terampil. Sama halnya pada kaum industrial trainer bahwa hakekat siswa pada technological pragmatist merupakan
bejana kosong dan tidak sesuai dengan prinsip kurikulum 2013.
Dalam proses
pembelajaran siswa dituntut
untuk tetap melakukan proses guna memunculkan dan memaksimalkan talenta (bakat) yang mereka miliki untuk mendapatkan ijazah guna mempersiapkan mereka untuk tantangan
kerja di masa depan.
Dengan memiliki ijazah seseorang dapat
menggunakannya untuk mencari pekerjaan yang bermanfaat bagi
dirinya. Teori belajar yang
digunakan dalam oleh kaum ini adalah thinking dan practice. Teori
mengajar dilakukan dengan memotivasi dari luar.
Belajar dalam
ideologi ini adalah proses berpikir dan praktek sehingga siswa membutuhkan alat
peraga dalam proses pembelajaran. Guru sudah mulai menggunakan teknologi
sebagai alat bantu, dalam hal ini mengkombinasikan antara manual dengan bantuan
komputasi seperti kalkulator. Menurut pandangan technological pragmatist, kemampuan instruksi dan motivasi dapat
dibangun melalui relevansi pekerjaan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan
tes eksternal, tes ini dimaksudkan untuk menyediakan sertifikat pencapaian dan
keterampilan yang didapat. Dan keragaman sosial dan pendidikan dalam technological pragmatist lebih
menekankan pada manfaat untuk pekerjaan di masa depan, atau pendidikan lebih
lanjut di masa depan.
3.
Old
humanist
Kaum old humanist,
memiliki pandangan yang berpusat pada diri manusia, bukan pada Tuhan. Matematika
dipandang sebagai Structure of truth
(struktur kebenaran). Nilai moral diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Hal
ini memandang orang tua memiliki peran dalam menentukan moral anaknya.
Teori sosial old humanist yang menyatakan bahwa
masyarakat harus melestarikan budaya telah sesuai dengan landasan yuridis
kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa kualifikasi pengetahuan yang dimiliki
siswa adalah memiliki pengetahuan faktual dan konseptual tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban. Kaum ini menyatakan bahwa hakekat siswa dalam
pembelajaran harus ditanamkan nilai-nilai karakter. Menurut pandangan ini,
bakat dan matematika genius yang diwariskan, dan kemampuan matematika dapat
diidentifikasi dengan kecerdasan murni. Pendidikan diberikan agar siswa
mengetahui bakat mereka sendiri dan mampu mengembangkannya.
Tujuan pendidikan matematika adalah transfer of knowledge. Hal
ini berarti pada pembelajaran matematika guru memindahkan pengetahuan ke siswa,
sehingga siswa dan guru memiliki pemahaman yang sama. Teori belajar yang digunakan oleh kaum ini adalah understanding
and application atau memahami dan menerapkan. Teori mengajar adalah ekspositori/ceramah.
Guru
dapat menggunakan sumber belajar lainnya untuk memotivasi atau memfasilitasi
pemahaman siswa. Peran guru dalam perspektif ini adalah mengkomunikasikan
matematika yang bermakna. Penilaian dalam kaum Old Humanist ini menggunakan test eksternal yang didasarkan pada
susunan terstruktur pada materi pelajaran matematika dan pada jumlah atau
tingkat yang sesuai dengan kemampuan matematika. Guru dituntut untuk lebih kreatif
dalam penyampaian bahan ajar, agar peserta didik lebih mengerti dalam
aplikasinya. Untuk keragaman sosial, matematika bertujuan untuk memanusiakan manusia
untuk tujuan pendidikan.
4.
Progressive
educator
Kaum progressive educator memiliki sikap politik bebas dan
ingin maju terus, selalu menginginkan perubahan progresif dan cepat. Matematika
dipandang sebagai process of thinking
(proses berpikir). Matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio atau
penalaran yang terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia yang berhubungan
dengan ide, proses, dan penalaran.
Teori progressivism sebetulnya merupakan perluasan pikiran-pikiran
pragmatism pendidikan. Teori ini memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif.
Kaum progressive educator yang
menganut paham liberal, bebas tanpa adanya batasan dari pemerintah. Hakekat siswa di progressive educator ini adalah berorientasi pada siswa (students centered). Pada kaum ini, siswa
merupakan subjek yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada
kaum ini diperlukan adanya kerjasama
antara guru dan siswa serta siswa dan siswa. Teori kemampuan siswa di progressive educator adalah hal yang dibutuhkan. Maksudnya adalah
siswa belajar dan tumbuh melalui pengalaman secara fisik dan dunia sosial.
Tujuan pendidikan matematika menuntut
kreativitas siswa dan dalam pembelajaran melibatkan keatifan siswa. Teori
pembelajarannya adalah eksplorasi. Teori pengajarannya adalah konstruktivis
atau membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan pada kebutuhan siswa, pola pendidikan ini menggunakan alat atau
fasilitas yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi dirinya
dan membangun pengetahuannya sendiri.
Penilaian
dilakukan dengan porto-folio dimana tidak hanya melihat dari kemampuan praktis
siswa tetapi juga menilai dari proses mendapatkannya. Guru menerima banyak
solusi yang diutarakan oleh siswa, karena pembelajarannya berbasis pada
penemuan. Sehingga pembelajaran matematika dapat dihubungkan dengan budaya
lokal atau kehidupan sehari-hari, agar matematika lebih mudah dipahami oleh
siswa.
5.
Public
educator
Menurut public educator pendidikan hendaknya
bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan atau memecahkan hal-hal baru
dalam kehidupan pribadi dan kehidupan sosialnya. Pada hakikatnya masyarakat
adalah terbaik, namun masyarakat yang demokratis merupakan masyarakat terbaik
dimana terdapat kesempatan untuk setiap pekerjaan dan dalam demokrasi tidak
mengenal adanya stratifikasi sosial.
Matematika
dipandang sebagai aktivitas sosial, artinya semua aktivitas sosial didasarkan
pada konsep-konsep matematika, sedangkan pada kenyataannya aktivitas sosial
yang dilakukan oleh seseorang tidak selalu dihubungkan dengan konsep
matematika, karena terkadang seseorang tidak menyadari bahwa matematika telah
mengambil bagian dalam setiap aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dalam nilai
moralnya seseorang bebas melakukan segala sesuatu yang diinginkannya tanpa
memandang baik atau buruknya.
Teori sosial dari public educator menyatakan bahwa perlu
suatu reformasi atau pembaharuan untuk suatu ketidakadilan. Bagi public educator, semua orang memiliki
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Bila dikaitkan dengan peta
pendidikan dunia Paul Ernest mengenai teori sosial dari public educator, maka telah sesuai antara landasan yuridis dengan
peta pendidikan dunia yang dikemukakan. Hakekat siswa menurut public educator adalah siswa bukan merupakan kertas kosong putih
bersih yang siap menerima coretan-coretan dari gurunya. Sedangkan teori
kemampuan siswa menurut kelompok sosial public
educator adalah berdasarkan aspek budaya dan relatif pada diri siswa.
Karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memperhatikan perbedaan individu
tersebut dan berperan sebagai fasilitator, menyediakan sesuatu yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan bakat yang dimilikinya.
Tujuan pendidikan matematika adalah
mengembangkan kemampuan manusia secara meneyeluruh melalui pembelajaran
matematika. Pendidikan didapat saat anak terlibat aktif dan menyatu dengan
semua kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungannya. Orang tua tidak mengisolasi
anak-anaknya di dalam sekolah. Maksud dari public
educator ini adalah masyarakat turut berperan sebagai mentor dan guru bagi
si anak. Teori pembelajarannya adalah diskusi sehingga siswa diberi kebebasan
sesuai dengan kemampuannya. Teori pengajarannya adalah diskusi dan investigasi.
Sumber
matematika pada ideologi ini bersifat abstrak dan diajarkan melalui hal-hal
yang sifatnya kongkrit, yang menjadi masalah di masyarakat, melalui proses
diskusi dan invertigasi siswa berusaha untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan
berdasarkan konteks dunia nyata yang diberikan. Penilaian yang dilakukan
menggunakan berbagai metode atau portofolio dengan menggunakan konteks sosial.
Dengan ini, guru dapat mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah. Melalui
pola pendidikan ini siswa menjadi heterogen, karena dikenalkan dengan berbagai
isu-isu atau masalah atau gejala sosial yang nampak dimasyarakat dengan
berbagai variasinya. Dengan demikian, siswa mengakomodir berbagai variasi
tersebut dan mengembangkan berbagai kemampuan yang ada pada dirinya, atau
heterogen.
Di Indonesia sendiri tujuan pendidikan lebih diarahkan ke
industrialism. Kelembagaan dan praktek pendidikan Indonesia masih berupa
pola-pola melanjutkan pendidikan penjajahan dan budaya kolonial dari masa
lampau yang merupakan pencerminan lembaga pendidikan negara-negara yang sudah
maju, sehingga dalam praktek sehari-hari, hasil pendidikan kurang mencerminkan
aspirasi bangsa sendiri. Sulitnya mengubah mental pemimpin Indonesia dari
kebiasaan ketergantungan, sehingga mereka cenderung berorientasi pada saran dan
sugesti para ilmuwan negara-negara barat dan mengunggulkan model pendidikan
negara-negara barat yang belum tentu cocok dengan kebutuhan pendidikan
Indonesia.
Kemajuan masyarakat industri Eropa adalah hasil dari
akumulasi empat hal, sebagai hubungan komplementer dari kapitalisme,
industrialisme, pengawasan, dan kekuatan militer. Dalam pendidikan di
Indonesia terlihat pada praktek pendidikan yang bersifat otoriter yang berpusat
pada guru, sekolah hanya memberikan program pendidikan sesuai dengan kurikulum
tanpa memahami kebutuhan siswa. Di samping itu, keinginan untuk mengejar
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti di negara-negara kaya dan maju,
banyak mendominasi para penentu kebijakan pendidikan. Mereka tidak berpijak
pada realitas bangsa sendiri, sehingga yang terjadi adalah terabaikannya
peranan pendidikan informal sebagai tempat berkembangnya intuisi. Pendidikan
dan politik memiliki kaitan yang sangat erat. Keduanya diarahkan pada tujuan
hidup manusia dan masyarakat, menginginkan kehidupan yang berbahagia, diarahkan
untuk membentuk kehidupan bersama. Indonesia yang tengah berkembang merupakan
pencerminan dari kekuatan sosial politik kaum elit yang berkuasa dan refleksi
kekuatan penguasa pada ide-ide politiknya.
Pendidikan Indonesia hendaknya berkembang dari budaya lokal,
nasional, universal, dan global. Dimana pendidikan merupakan proses
memanusiakan manusia, sehingga perlu landasan pemikiran dalam pendidikan,
dimana peranan utama pendidikan adalah membelajarkan anak agar mengalami growth in learning dan becoming process. Dengan belajar, anak
tumbuh dan berkembang secara utuh. Karena itu, sekolah tidak mengajar anak,
melainkan melaksanakan proses pembelajaran. Paham konstruktivisme menyatakan
bahwa pengetahuan dikonstruksi sendiri oleh siswa berdasarkan interaksinya
dengan lingkungan dimana siswa sendiri yang membangun pengetahuannya, sedangkan
guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan mediator yang dinamis.
C. KESIMPULAN
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi
pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Dalam
pembelajaran matematika kegiatan yang dilakukan agar pembelajaran bermakna
yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Jadi yang
diperlukan dalam pembelajaran adalah mengubah paradigma guru untuk mengadopsi
model pembelajaran menuju kearah penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan
yang terintegrasi dengan pendekatan ilmiah.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat disimpulkan
bahwa dalam pendidikan, tidak hanya di Indonesia namun termasuk di seluruh
dunia, lima ideologi pendidikan matematika menurut Paul Ernest masih terdapat
dalam kurikulum pendidikan. Setiap pendidikan memiliki kurikulum yang dilandasi
oleh pandangan filosofis tertentu. Filsafat merupakan
sumber dan awal bagi tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di
berbagai negara di dunia. Sehingga
dapat dikatakan bahwa wujud kurikulum di sebuah negara adalah berdasarkan pada
ideologi filosofis yang melandasinya.
REFERENSI
Ernest,
Paul. 1991. The Philosophy of Mathematics
Education. British: Taylor and Francis e-Library.
Ernest,
P. 1999. Restoring Discipline to The
Class: The New National Curriculum for Primary Mathematics Teacher Education dalam
The Philosophy of Mathematics Education Journal. Tersedia di
people.exeter.ac.uk/PErnest/pome11/pome11.doc. Diakses pada tanggal 17 November
2013
Kemendikbud.
(2013). Lampiran IV Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang
Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud.
(2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan
Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud.
(2013). Salinan Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013
Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemendikbud.
(2013). Salinan Lampiran Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013
Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.